entry image

Lopek Bugi, Makanan Bangsawan yang Kini Digemari Semua Kalangan

Pekanbaru - Provinsi Riau memiliki berbagai macam kebudayaan adat istiadat dan ragam jenis makanan khas yang digemari semua kalangan masyarakat, baik lokal maupun para wisatawan. Salah satunya adalah makanan tradisional dari Kabupaten Kampar, yang namanya juga memakai bahasa daerah yakni Lopek Bugi.

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, Lopek berarti Lepat, Bugi berarti Ketan. Lopek bugi berarti lepat ketan. Lopek bugi pada awalnya merupakan makanan khas yang disajikan untuk kaum bangsawan.

Dimana lopek bugi seperti sudah menjadi hidangan wajib pada hari-hari perayaan besar seperti, acara keagamaan maupun kebudayaan, seperti balimau bakasai, ulang tahun kabupaten Kampar dan perayaan lainnya.

Seiring perkembangan zaman, lopek bugi saat ini mudah dijumpai dan dapat dibeli baik di toko oleh-oleh khas Riau maupun di gerai-gerai yang terdapat di sepanjang jalan Pekanbaru-Bangkinang. Karena saat ini, lopek bugi sudah diproduksi setiap hari, bahkan dengan partai besar.

Kini, di Kabupaten Kampar terdapat suatu desa yang dimana penduduknya banyak bermata pencariannya berasal dari menjual lopek bugi, sehingga banyak penduduk terangkat derajat ekonominya dari menjual lopek bugi ini. Nama tempatnya adalah desa Danau Bingkuang yang terletak di Jalan Pekanbaru-Bangkinang 34 Km dari pusat kota Pekanbaru.

Desa Danau Bingkuang tempatnya sangat strategis, karena merupakan jalan lintas timur menuju Sumatera Barat. Dengan banyaknya kendaraan yang melewati Danau Bingkuang, secara otomatis banyak pengunjung luar yang berhenti untuk membeli makanan yang kini jadi oleh-oleh khas Kampar Riau.

Di Desa ini memang sudah sangat terkenal sebagai lokasi sentral jajanan tradisional khas Kampar. Bukan hanya lopek bugi saja, makanan seperti kue jalo, lemang panggang, stik keju, keripik pisang, keripik nanas dan lainya. Para pembelinya juga tidak hanya dari Kampar, namun juga berasal dari daerah tetangga seperti dari daerah Sumatera Barat, Medan, Batam, bahkan ada juga yang berasal dari Malaysia dan Singapura.

Saat ini di Desa Bingkuang sendiri terdapat Sekitar 30 an kios yang berjejer di sepanjang jalan. Lopek-lopek ini awalnya hanya dibungkus daun pisang dan disajikan menggunakan piring, namun dengan perkembangan zaman, saat ini sudah dikemas dalam kotak plastik sehingga mudah dibawa untuk oleh-oleh.

Lopek bugi khas Kampar ini, memiliki dua warna, yakni hitam dan putih. Bentuk dan sajiannya hampir sama dengan Lepat dari Sumatera Barat. Warna hitam dan putih bukan berasal dari bahan pewarna, namun memang bahanya sendiri adalah beras ketan hitam dan beras ketan putih.

Setiap satu kemasan, biasanya terdapat 10 bungkus lopek bugi yang dijual dengan harga Rp10 ribu per kotaknya.

Makanan khas Kabupaten Kampar ini menurut Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kadisparekraf) Riau, Fahmizal Usman melalui Kasi Ekonomi Kreatif dan Seni Budaya Disparekraf Riau R Dandun, lopek bugi juga digadang-gadangkan sebagai produk unggulan UMKM Riau, dalam menghadapi pasar bebas asean (MEA).

"Walaupun bentuknya sederhana, tapi sudah dikenal luas sampai ke manca negara, lopek bugi siap bersaing dengan makanan dari negara-negara Asean. Yang punya lopek bugi ini kita, orang singapura pasti bingung cara buatnya," ucapnya.

Dengan bebasnya ekonomi Asean yang akan segera berlaku di Indonesia, Riau sendiri sudah siap menghadapinya. Dan diharapkan kepada pelaku usaha serta pelaku ekonomi kreatif tidak perlu khawatir, karena dampak positifnya juga terbuka lebar, dimana dunia akan tahu akan makanan lopek bugi serta makanan khas Riau lainya.

"Tidak perlu hawatir dan gelisah menghadapinya, bahkan MEA juga akan membuka peluang besar bagi pelaku UKM di Riau, yang tentunya juga harus dibarengi dengan berbagai inovasi kreatif," pungkasnya.

(***)

Sumber: goriau.com