entry image

Bolu Kemojo Makanan Khas Riau

Bolu Kemojo adalah sejenis makan khas melayu Riau yang cukup dikenal dikalangan masyarakat Riau sebagai suguhan dalam acara dan pertemuan untuk melengkapi sempurnanya perhelatan. Kaerena dengan tersajinya menu ini akan menciptakan suasana   kedaerahan yang hakiki. Pada dasarnya bolu kemojo ini tidak hanya  dapat ditemui diprovinsi Riau   tetapi juga ada di daerah-daerah lain yang memiliki kesamaan kultur dan budaya Meayu. Ini menunjukkan bahwa makanan ini ada sejak lama namun tidak teragendakan dalam catatan sejarah munculnya.

Masyarakat Riau mengenal, memahami dan membudayakan makanan ini yang merupakan salah satu alternatif meningkatkan pendapatan dalam bidang ekonomi, sekaligus pengembangan dan pelestarian keanekaragaman makanan Riau sehingga nantinya kita berharap adanya nilai tambah dalam proses pelestarian nilai budaya yang merupakan sebagai aset daerah Riau

1. Karakteristik Bolu Kemojo

Dari segi bentuk, makanan ini pada lazimnya berbentuk bulat dengan terbagi dalam delapan kelopak/lekuk. Bentuk tersebut diilhami oleh bentuk bunga kamboja. Oleh karena itu kita juga dapat melihat adanya bolu Kemojo yang berlekuk delapan. Berlekuk enam dan mungkin juga berlekuk lima, karena bunga Kamboja ada juga yang berlekuk demikian.

Dari  segi nama, jika kita menyadari dari sisi bentuk semestinyalah nama bolu Kemojo dissuaikan dengan nama bolu Kamboja, tetapi di tengah-tengah masyarakat kita mengenal dan mendengar dengan sebutan Bolu Kemojo. Semua itu dipengaruhi oleh dialek daerah di mana Bolu Kembojo terus berkembang.

Dari segi rasa dan sifat, Bolu Kemojo selalu mengedepankan; rasanya sangat manis, adanya perpaduan antara manis dan lemak sehingga menimbulkan kekentalan rasa “enak”. Teksturnya  lembut dan berpadu sehingga ketika dipegang dengan pegangan tidak kokoh akan menimbulkan getaran kata orang Melayu “Begito”. Gulanya yang banyak sehingga menimbulkan permukaan yang bergula atau “Basigho” dan kekhasan pandan asli yang dipandu dengan daun suji.

2. Bolu Kemojo Dulu dan Sekarang

 Ketika kita melihat perkembangan Bolu Kemojo, maka kita akan mengenal karakteristik seperti yang digambarkan tadi, yaitu manis, lemak dan lembut serta kekhasan pandan memberi peluang untuk senantiasa menyatu dengan alam. Kondisi tersebut dapat kita jumpai dikalangan masyarakat yang tidak mengiginkan perubahan dari asfek apapun semata untuk pelestarian Budaya Melayu yang cukup kental. Oleh karenanya kita dapat meihat Bolu Kemojo dengan karakteristik tersebut tetap lestari di tengah-tengah masyarakat.

Sesuai dengan perkembangan yang ada, banyak hal yang telah dilakukan dalam upaya pelestarian makanan  khas ini dengan mengedepankan beberapa asfek; pertama, dapat diterima oleh semua kalangan, baik untuk orang dewasa, muda dan anak-anak serta berbagai suku yang ada.

Kedua,  dapat disesuaikan dalam berbagai kondisi, keadaan dan suasana, dan ketiga, berupaya tampil dalam berbagai perkembangan dan menyesuaikan dengan permintaan konsumen.

Oleh karena itu kita dapat melihat pula bahwa perkembangan Bolu Kemojo saat ini menunjukkan bahwa makanan ini dapat dihandalkan dalam berbagai kesempatan dan peluang usaha, sehingga karakteristik Bolu Kemojo pada  saat ini adalah; manisnya tidak terlalu menonjol, komposisi lemaknya berkurang, lembutnya disesuaikan dengan berbagai kondisi, rasanya tidak lagi hanya pandan, tetapi sudah disesuaikan dengan permintaan masyarakat, yaitu rasa jagung,, durian,   ubi kayu, kacang hijau, kentang dan berbagai rasa lainnya, dan bentuknya sudah dimodifikasi dengan berbagai kondisi  (bulat, petak, kecil).

Bolu Kemojo pada dasarnya sangat dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan memperhatikan selera serta perkembangan pasar yang ada. Untuk mencapai pemahaman akan perlunya pelestarian nilai-nilai budaya  tersebut maka ada baiknya dilakukan beberapa upaya yaitu:  pengenalan makanan ini kepada semua unsur masyarakat, sosialisasi tentang pengembangan Bolu Kemojo merupakan upaya untuk pelestarian makanan khas daerah Melayu Riau, dan perbaikan tentang cita kreasi baru dalam memenuhi selera masyakat dan kebutuhan pasar. (sumber Dekranasda Riau/Dalam rangka HUT Hari Jadi Provinsi Riau ke 49 dan HUT  Proklamasi Kemerdekaan RI ke 61/HAS)*